mediaciptaprestasi

mediaciptaprestasi

Tekanan dan Tantangan Generasi Z di Dunia Kerja: Refleksi Seorang Anak Muda

Sore itu, aku baru saja pulang dari kantor dan merasa sangat lelah. Sebagai seorang social media specialist di sebuah startup yang sedang berkembang. Aku selalu berusaha keras untuk memberikan yang terbaik. Namun hari-hari terakhir ini terasa semakin berat dan saat aku duduk di sofa, aku mulai merenung tentang hidup dan pekerjaanku.

Namaku Dika, seorang anak muda berusia 23 tahun yang selalu bersemangat dan percaya bahwa kerja keras adalah kunci meraih kesuksesan. Namun kenyataannya, aku sering kali merasa terjebak. Di era digital yang serba cepat ini, aku merasa tertekan untuk selalu produktif dan inovatif. Tidak hanya itu, ekspektasi tinggi dari lingkungan kerja membuatku merasa seperti selalu harus bergerak lebih cepat dari yang sebenarnya bisa aku tangani.

Sebagai bagian dari Generasi Z, ekspektasi untuk bisa cepat beradaptasi dan memberikan ide-ide segar terasa sangat membebani. Rasa lelah ini bukan hanya fisik, tetapi juga mental. Tuntutan untuk selalu tampil kreatif dan inovatif, ditambah dengan kebisingan dari dunia maya yang seakan tidak pernah berhenti, sering kali membuatku merasa tidak berdaya.

“Kok rasanya hidupku cuma buat kerja ya? Gimana aku bisa berkembang kalau seperti ini terus?” keluhku pada diri sendiri sambil merenung. Aku pribadi menyadari bahwa aku tidak sendiri. Banyak dari teman-temanku di Generasi Z yang juga mengalami masalah yang sama di dunia kerja. Kami sering merasa berada di bawah tekanan untuk membuktikan diri di tengah lingkungan kerja yang dinamis dan kompetitif.

Tentunya aku tidak boleh berdiam diri. Aku harus menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan hidupku. Aku memutuskan untuk mulai melakukan perubahan kecil dalam hidup. Aku akan mengurangi jam kerja lembur dan mulai lebih sering melakukan aktivitas yang aku nikmati, seperti bermain musik dan berolahraga. Aku juga berencana untuk mendaftar kelas online untuk mengembangkan skill baru yang aku minati, sehingga aku tetap bisa produktif tapi dengan cara yang lebih sehat.

Aku nggak mau cuma jadi mesin produksi ide terus. Aku mau hidup, nggak cuma kerja,” tekadku. Langkah-langkah ini mungkin kecil, tapi aku yakin bisa membawa perubahan besar dalam hidupku. Mulai dari membatasi waktu untuk diri sendiri, mengelola stres, hingga lebih sering mengambil jeda untuk benar-benar menikmati momen-momen yang sering terlewatkan saat sibuk bekerja.

Aku mulai menyadari bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari seberapa keras aku bekerja, tetapi juga seberapa bahagia dan sehat aku menjalani hidup. “Lebih baik aku lambat tapi bahagia, daripada cepat tapi hancur di tengah jalan,” aku berkata pada diri sendiri dengan penuh keyakinan. Hidup bukan hanya soal karier, tapi juga soal keseimbangan dan menikmati proses.

Kontributor : Alto refa chandra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *