Menjelajahi Tiga Negara Menjelajahi Kemampuan Diri

Remaja merupakan salah satu masa-masa penting bagi kehidupan sosial seseorang. Pada rentang usia ini manusia mengalami ledakan pertumbuhan syaraf otak yang kedua kalinya. Banyak sekali benang-benang syaraf yang terhubung satu sama lain.
Selain itu, pada masa ini terdapat pula salah satu bagian otak yang berkembang dengan sangat pesat yang dinamakan Amygdala. Amygdala diyakini merupakan bagian otak yang mengontrol ingatan dan emosi manusia. Karena itu remaja rentan mengalami kegalauan atau kebingungan mengatur emosi mereka.
Untuk sanggup menaklukan emosi di setiap situasi pengetahuan adalah salah satu kunci terbaiknya. Dan pengalaman merupakan alat paling efektif untuk mengembangkan pengetahuan seseorang. Melalui sebuah perjalanan kami menawarkan pengalaman penuh makna yang mengajarkan remaja untuk sanggup mengontrol diri mereka di masa yang akan datang.
Lost In The Country merupakan sebuah program perjalanan remaja yang menitik beratkan pada penggalian makna dari sebuah perjalanan. Dengan didampingi coach berpengalaman, peserta diajak mengoptimalkan kemampuan mereka untuk menghadapi berbagai situasi yang tidak pasti.
Beberapa hal yang diharapkan melalui program ini diantaranya adalah peserta mampu belajar lebih jauh tentang memaknai waktu yang berlalu, berbagi makna kehidupan dan berkomunikasi secara baik serta bijaksana. Disini kami belajar menghargai setiap ide dan menghormati setiap keputusan yang telah disepakati.
Beberapa hari sebelum perjalanan dimulai kami melakukan pertemuan untuk pertama kalinya untuk mempersiapkan perjalanan. Antara empat remaja yang didampingi orang tuanya masing-masing dengan dua orang coach yang akan menemani perjalanan mereka. Saya merupakan salah satu dari dua coach tersebut.
Dalam pertemuan ini orang tua dan peserta sama-sama mendapatkan informasi lengkap mengenai apa tujuan dan bagaimana proses perjalanan program Lost In The Country. Keempat peserta diminta datang membawa banner kecil yang berisi informasi tempat wisata di Indonesia yang akan mereka promosikan di tiga negara yang akan mereka kunjungi.
Diawali dengan penyampaian program kepada orang tua lalu keempat peserta diminta untuk mempresentasikan apa bahaya limbah plastik bagi kehidupan dan dilanjutkan dengan diskusi tentang rencana perjalanan mereka selama enam hari perjalanan.
Mereka berbagi informasi satu sama lain untuk mengefektifkan waktu yang terbatas di setiap negara dan memutuskan tempat-tempat mana saja yang ingin mereka tuju. Dalam pertemuan ini juga peserta dilatih bagaimana cara mempromosikan tempat wisata yang sudah mereka pilih sebelumnya. Disetiap harinya ditentukan siapa yang akan berperan menjadi pemimpin perjalanan dan siapa yang akan mengelola keuangan bersama. Setiap peserta akan merasakan kedua peran tersebut.
Dengan keberadaan pemimpin perjalanan di setiap waktu, diharapkan peserta dapat menghormati posisi orang lain sebagai pengambil keputusan. Mereka belajar bagaimana menyampaikan ide dengan baik agar pemimpin perjalanan mau memproses ide mereka menjadi suatu keputusan. Dan peserta yang menjadi pemimpin perjalanan akan belajar bagaimana menampung ide yang ada dan mengolahnya menjadi suatu kesepakatan bersama.
Seluruh peserta diharapkan belajar bagaimana menghargai suatu kesepakatan dan menjalankannya secara bersama-sama. Pengelola keuangan diharapkan belajar bagaimana memastikan seluruh kebutuhan peserta terpenuhi dengan batas pengeluaran yang telah ditentukan dan melaporkannya dalam bentuk tulisan sebagai bagian dari tanggung jawabnya terhadap keberlangsungan perjalanan di hari berikutnya.
Dengan keberadaan laporan tersebut diharapkan jika terdapat sisa uang pada hari terakhir perjalanan peserta dapat membaginya haknya secara adil sesuai dengan masing-masing pengeluaran setiap orangnya.
Setiap malam menjelang waktu istirahat seluruh peserta berkumpul bersama coach untuk berbagi apa saja pengalaman yang menurut mereka berharga dan mengevaluasi bagaimana proses perjalanan mereka selama satu hari. Disini mereka diharapkan belajar bagaimana berbagi rasa, menghargai waktu yang sudah dilalui bersama dan memaknainya sebagai bekal untuk melangkah kembali keesokan harinya. Tanpa komunikasi yang baik sebuah perjalanan bersama sangat berpotensi penuh dengan kesalahpahaman.
Tanpa komunikasi yang baik setiap kesalahpahaman berpotensi untuk tidak terselesaikan dan akan mengganggu perjalanan di masa yang akan datang. Dengan cara ini peserta diajak memaknai perbedaan secara bijaksana dengan berbagi sudut pandang dari sebuah pengalaman yang dijalani bersama.
Bagi saya sebagai seseorang yang kerap kali menjadi fasilitator pelatihan remaja, perjalanan seperti ini bukan merupakan hal baru, hanya saja Thailand merupakan tempat baru bagi saya. Menginjakkan kaki di Singapura dan Malaysia sudah tidak lagi asing. Tapi pada hakikatnya setiap perjalanan selalu membawakan kisah baru, pengalaman baru, pembelajaran baru dan hikmah yang menjadi bekal kaki melangkah untuk masa depan.
Perjalanan kami dimulai dengan berkumpul di Marugame Udon Terminal 2 F bandara Soekarno – Hatta jam 06.00 pagi tanggal 18 Desember 2019. Sedikit berbincang bersama orang tua dan peserta untuk memastikan persiapan perjalanan. Setelah berpamitan dan memohon doa restu kepada orang tua peserta kami memulai perjalanan kami. Pesawat mulai mengudara pukul 08.25 dan tiba di Singapura pukul 11.20.
Bagaimana lika liku perjalanan? Apa saja konflik yang dialami selama perjalanan? Pengalaman berharga apa yang peserta dapatkan? Semua tersaji dalam buku ini diceritakan langsung oleh masing-masing peserta. Satu perjalanan bersama di waktu yang sama dengan berbagai sudut pandang dan cara yang berbeda dalam memaknainya setiap detiknya. Enam hari melangkah bukan tanpa lelah, tapi memaknai lelah dengan tepat akan menjadikan seseorang menjadi lebih baik.
Written by Alfiano Haryanto P.