Minus Sepuluh
– Channing –
Sesuai dengan bab ini, angka sepuluh yang akan memberikan makna bagaimana memberikan penilaian untuk orang lain. Ambilah selembar kertas kemudian bayangkan seseorang yang anda tidak sukai saat ini. Bagi dua sisi, sisi kiri dan sisi kanan. Setelah anda membayangkan kemudian berikan 10 penjelasan di sisi kiri hal-hal buruk yang ada didalam pribadi orang tersebut baik sifat maupun penampilannya saat ini. Dan sebaliknya tulis juga 10 penjelasan di sisi kanan hal-hal yang baik yang ada didalam pribadi orang tersebut. Tak sampai lima menit sisi sebelah kiri dipenuhi dengan hal yang negatif namun menulis satu hingga dua poin saja di sisi sebelah kanan setidaknya membutuhkan waktu lebih dari lima menit.
Wow….. !! Ternyata begitu mudahnya anda memberikan penilaian negatif kepada orang lain dibandingkan memberikan penilaian positif. Begitulah otak kita berperan bagaimana lebih mudah mengingat hal-hal negatif dibandingkan dengan sesuatu yang positif. Sehingga pemikiran kita terhadap orang tersebut akan melabel bahwa orang tersebut tidaklah baik. Ingatlah bahwa ukuran kebaikan orang sungguh sangat relatif, kita tidak memiliki standart tertentu bagaimana memberikan ukuran tertentu apakah orang tersebut tergolong baik atau tidak. Sehingga apa yang dianggap baik untuk orang lain belum tentu baik untuk kita. Tetapi ketahuilah sebuah pintu kesuksesan tak menutup kemungkinan berasal dari orang yang selama ini kita pikir negatif. Ya, pada saat itu kita selalu menggunakan sebuah kacamata yang memiliki minus yang tinggi, minus sepuluh. Sehingga apapun yang anda lihat saat ini akan bermakna sebagai sesuatu hal yang negatif.
Coba bayangkan saja jika didalam pertemuan anda memandang seseorang dengan kacamata minus sepuluh dengan memperhatikannya dari atas ke bawah seolah-olah orang tersebut tidak memiliki sisi kebaikan. Sejak saat itu anda membuat satu kesimpulan yang sebenarnya akan menyesatkan dirinya sendiri.
Saat itu anda tidak pernah menyadarinya bahwa kesuksesan yang ada dalam rencana anda ternyata membutuhkan peran penting untuknya. Awalnya anda ragu untuk mengakui bahwa selama ini penilaian yang anda buat ternyata salah. Dan akhirnya anda pun mau mengakui setelah ia banyak membantu anda dalam segala hal bahwa selama ini sudah salah menilainya. Gawatnya adalah jika penilaian itu tetap anda lakukan tanpa anda menyadarinya. Hingga hal ini terus menerus menutupi mata positif anda yang sebenarnya. Anda selalu merasakan terlalu sulit untuk menemukan sisi positifnya.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa kebanyakan orang akan lebih cenderung untuk membahas keburukan orang lain dibandingkan kebaikannya saja. Mereka juga lebih gampang untuk mengingat sesuatu hal yang buruk dibandingkan hal yang baik. Ingatan yang sangat baik dalam mengingat sesuatu hal yang buruk terlalu merekat kuat didalam ingatan kita sehingga terkadang apa yang dilakukan selalu menilai seseorang dengan negatif.
Saat ini anda selalu menggunakan kacamata minus sepuluh kepada setiap orang. Anda merasa selalu saja ada yang ‘kurang’ pada orang tersebut. Lagi dan lagi ketika orang tersebut melakukan hal yang positif namun bagi anda saat ini ia sedang berusaha menutupi keburukannya dengan kebaikannya.
Kacamata yang anda gunakan juga tak lepas bila menilai penampilan seseorang. Lihat saja, bagaimana ketika anda bereaksi melihat orang yang datang untuk membicarakan soal bisnis, dengan kaos berkerah putih, celana pendek dan sandal maka pada saat itu pula pikiran negatif tentang penampilan tersebut dia bukanlah sosok yang baik untuk rekan bisnis anda karena ‘penampilan.’ Karena saat itu anda sama sekali tak melihat segi kemewahan yang ditonjolkan oleh pengusaha tersebut. Sehingga anda merasa seolah-olah ia membohongi anda saat itu.
Kacamata minus yang anda gunakan selama ini sesungguhnya hanya akan memberikan kegagalan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Apalagi jika saat ini kita tidak mimiliki hubungan yang baik dengan seseorang. Saat itu bukan lagi penilaian yang objektif kita lakukan. Namun penilaian subjektif. Kita selalu merasa bahwa didalam diri mereka yang telah menyakiti kita hanyalah sesuatu yang negatif. Tidak pernah terlihat satupun sisi positif didalam orang tersebut. Penilaian negatif biasanya akan sulit merubah persepsi orang menjadi positif. Setidaknya membutuhkan waktu yang lama untuk mengkliknya ke sisi positif. Kalau dibiarkan lama-lama seluruh permukaan didalam pikiran ini dipenuhi dengan hawa berpikir negatif tentang seseorang.
Lepaskanlah kacamata tersebut, mulai dengan menemukan sisi positif yang terdapat disetiap orang. Ganti kacamata tersebut dengan bingkai dan kaca yang positif. Mulai dari hal yang kecil kita bisa menemukan satu persatu bahwa setiap orang memiliki lebih banyak sisi positif dibandingkan sisi negatifnya. Dengan begitu kita bisa menjadi lebih mudah untuk membuka hubungan dengan kebanyakan orang.
Menjalin hubungan dengan orang lain baik sebagai teman, rekan bisnis, keluarga dan lain-lain memerlukan asas pemahaman didalam pikiran ini. Bukan sekedar asal cocok atau tidak cocok saja. Ketahuilah jika saat ini anda mampu membuka kacamata minus yang digunakan maka saat itulah kesuksesan akan lebih mudah didapatkan karena beberapa pintu akan terbuka dengan sendirinya. Pintu yang berasal dari penilaian positif anda miliki saat ini.
Kejujuran adalah bab pertama dari buku berjudul kebijaksanaan
– Thomas Jefferson –
Beberapa dari para orang tua mulai memikirkan masa depan anak-anaknya. Sebagian dari mereka telah mempersiapkan dengan segala materi untuk kelayakan masa depan dari anak-anak mereka. Mereka akan memastikan bahwa rencana masa depan sesuai dengan yang para orang tua inginkan. Para orang tua tentu saja ingin melihat masa depan anak-anak mereka cerah dan bahagia. Mereka akan melakukan apa saja demi kebaikan untuk masa depannya.
Tabungan masa depan pun telah disediakan dengan sempurna, sebelum para orang tua menyelesaikan tugasnya di dunia ini. Sebagian dari mereka bahkan menuliskan dan membagi dengan adil dalam sebuah surat wasiat yang jika tugasnya telah selesai maka surat tersebut siap dibacakan.
Ada sebuah kisah sederhana dari orang tua yang miskin namun ia sangat memperdulikan masa depan anaknya. Ketika menginjak umur 25 tahun, sang Ayah yang sudah mulai menua memberitahu bahwa ia merasa tugasnya akan selesai di dunia ini, maka ia meminta anaknya menyimpan satu-satunya warisan yang berharga dan sang Ayah juga meminta untuk meletakkan warisan tersebut di ruang tamu rumahnya suatu saat nanti. Sang anak penasaran dengan apa yang diberikan oleh si Ayah. Baru pertama kalinya, seumur hidupnya ia mendapatkan hadiah dari Sang Ayah.
“Bolehkah saya buka Ayah?” tanya sang anak yang masih memegang pemberian dari sang Ayah terbungkus kertas koran bekas,
“Baik, kau boleh membukanya nak,” kata sang Ayah.
Ketika ia pun membuka bungkusnya, matanya berkaca-kaca ketika membaca tulisan disebuah bingkai sederhana namun mengandung banyak arti yang berharga.
Keluarga kami….
Memilih sebuah kehidupan yang berkah
Bukan kehidupan mewah dari hasil yang mengambil hak orang lain
Berjanji untuk tidak mengambil apapun yang bukan hak kami
Berjanji untuk selalu membantu sesama, tanpa menyulitkan orang lain
Keluarga kami
Selalu setia pada nilai kejujuran dan kebenaran.
Ia memeluk sang Ayah dan mengatakan rasa terimakasihnya yang mendalam kepada Ayahnya.
Ya, inilah warisan sederhana dari sang Ayah untuk masa depan anaknya sebuah nasehat yang selalu diingat sang Anak untuk bekalnya menjalani kehidupan di masa depan. Sang anak pun meletakkan bingkai nasehat tersebut di ruang tamunya. Setiap ia akan pulang ke rumah, ia akan selalu merasa dijaga oleh harta sesungguhnya untuk menjalani kehidupan masa depannya. Saat ini nilai nilai kejujuran dan kebenaran sudah terkikis oleh sebuah zaman. Mereka hanya mementingkan diri sendiri mencoba memenangkan segala kompetensi dengan tidak didasari oleh nilai kejujuran.
Lihatlah Negeri ini, dimana para pengambil hak orang lain masih bisa tenang bahkan tertawa menikmati hidupnya. Mereka yang berjalan di ketidakjujuran selalu berusaha untuk berbagai cara memenuhi keinginan hidupnya dengan cara korupsi, mencuri dan pada akhirnya mereka sendiri orang-orang yang memenuhi rumah penjara. Hasrat mereka begitu besar dengan menghalalkan segala cara dan mengindahkan kata kejujuran itu.
Mereka yang masih mengejar duniawi dengan cara ketidakjujuran sesungguhnya mereka sedang mewarisi masa depan anak-anaknya dengan kejahatan. Ketika kita menanamnya dengan benih ketidak jujuran maka pada saat itu kitalah yang menuai benih ketidak jujuran itu. Sesuatu yang didapat dengan kejujuran walaupun hanya sedikit akan lebih berkah jika memberikan kekayaan dengan ketidakjujuran. Aliran kekayaan dengan ketidakjujuran maka berakibat pula untuk masa depan anak-anak kita. Jadi jangan biarkan hasil dari ketidak jujuran masuk ke dalam aliran tubuh anak-anak kita. Mereka memiliki sebuah masa depan yang harusnya dibekali dengan nilai kejujuran dan kebijaksanaan.
Bukan harta yang menjamin kelayakan masa depan untuk keturunan kita yang amat berharga. Sesungguhnya materi akan mudah lenyap, tetapi nilai-nilai yang berharga yang diturunkan kepada anak-anak kita adalah harta yang sebenarnya.
Begitu bahagianya para orang tua adalah melihat anak-anaknya bisa melewati segala proses kehidupan dengan menghindari kejahatan dan ketidakjujuran. Biarkan mereka mendapatkan segala nilai materi yang akan mereka cari sendiri dengan melewati beberapa proses kehidupan. Mereka akan menghargai berapapun materi yang didapatkan dengan cara yang berkah dibandingkan harus hidup dengan materi berlimpah yang didapatnya dalam proses kehidupan ketidak jujuran.
Hal yang normal untuk mereka melewati proses kehidupan dengan terjatuh, para orang tua hanya bisa memberikan nasehat-nasehat yang akan diingat selamanya oleh mereka walaupun suatu saat nanti, kita sebagai orang tua telah menyelesaikan tugasnya di dunia ini. Mereka pasti akan selalu mengingat nilai kejujuran dan kebenaran merupakan harta keluarga yang sangat berharga dan harus diwarisi oleh setiap anak-anaknya.